Nama : KAWILARANG,
Alexander Evert
Nama Populer/Alias : Alex Kawilarang
Pangkat : Kolonel Inf. TNI Purn. (Mayor
Jenderal Permesta)
Tempat & Tgl Lahir :
Maeestercornelis(Jatinegara)/Jakarta, 23 Februari 1920
Tanggal Meninggal : 6 Juni 2000 di RSCM Jakarta
1. Memimpin
Pasukan Ekspedisi dalam Operasi Penumpasan Pemberontakan Andi Azis di Makassar,
Republik Maluku Selatan/RMS, Pemberontakan Kahar Muzakhar
2. Merintis
pembentukan komando pasukan khusus TNI dengan nama Kesatuan Komando Territorium
III (Kesko TT-III) Siliwangi di Batujajar – Jawa Barat (April 1951). Setahun
kemudian diambil alih oleh Markas Besar AD (MBAD) sebagai RPKAD (Resimen Para
Komando AD) lalu berturut-turut berubah nama menjadi Palu RPKAD, Kopassandha,
terakhir Kopassus (Komando Pasukan Khusus)
3. Terlibat
dalam kelompok pro-Peristiwa 17 Oktober 1952 dalam menentang campur tangan
pemerintah dlm urusan militer
4. Sebagai
Panglima Besar Angkatan Perang PERMESTA
https://tinutuanskaledo.wordpress.com/2011/02/11/permesta-file-biografi-seorang-a-e-kawilarang/
di unduh pada 07 September 2016, pukul 10.40 WIB
LATAR BELAKANG
Alex lahir dari sebuah
keluarga militer. Ayahnya, A.H.H. Kawilarang, adalah seorang mayor KNIL asal Tondano,
sementara itu ibunya, Nelly Betsy Mogot, berasal dari Remboken. Kawilarang, seorang suku
Minahasa dari sub-suku Toulour. Dia Juga Merupakan Sepupu
dari Pahlawan Nasional Daan Mogot
KELUARGA
Kawilarang menikah dua kali:
pertama dengan Petronella Isabella van Emden dan bercerai pada 1958, dan kedua dengan
Henny Olga Pondaag, bekas istri Ventje
Sumual, sahabatnya dalam perjuangan Permesta. Dari pernikahannya yang
pertama, ia memperoleh dua orang anak; Aisabella Nelly Kawilarang dan Alexander
Edwin Kawilarang. Dari pernikahannya yang kedua, ia memperoleh seorang anak
Pearl Hazel Kawilarang.
PENDIDIKAN
Alex menempuh pendidikan
dasarnya di sebuah Europeesche Lagere School (ELS),
mula-mula di Tjandi, Semarang
dan kemudian di Tjimahi, Jawa Barat.
Selesai dari situ, ia melanjutkan ke Hoogere Burgerschool te Bandoeng (HBS Bandung, sekarang
ditempati SMA Negeri 3 Bandung dan SMA Negeri 5 Bandung), setara dengan SMP/SMA yang lamanya 5
tahun.
Selesai dari pendidikan
menengahnya, Alex mengikuti jejak ayahnya dan mengikuti pendidikan militer,
mula-mula di Corps Opleiding Reserve Officeren (CORO) (Korps Pendidikan Perwira
Cadangan KNIL) (1940),
yang dilanjutkannya ke Koninklijk
Militaire Academie (Akademi Militer Kerajaan) (KMA) darurat di Bandoeng dan
Garoet,
Jawa
Barat (1940-1942).
Kelak ia juga sempat mengikuti
pendidikan di Sekolah Staf dan Komando AD (SSKAD) di Jakarta.
KARIER SEBAGAI MILITER
Kawilarang mengawali kariernya
sebagai Komandan Pleton Kadet KNIL di Magelang
pada bulan 1941-1942. Pada 11
Desember 1945
ia menjadi perwira penghubung dengan pasukan Inggris di
Djakarta dengan pangkat mayor. Pada Januari 1946 ia menjabat sebagai Kepala Staf Resimen Infanteri Bogor
Divisi II Jawa Barat, dengan pangkat letnan
kolonel. Tiga bulan setelah itu, pada April-Mei 1946, ia diangkat menjadi
Komandan Resimen Infanteri Bogor, dan pada bulan Agustus 1946
hingga 1947 ia
diberi kepercayaan sebagai Komandan Brigade II/Suryakencana - Divisi Siliwangi
di Sukabumi,
Bogor
dan Tjiandjur.
Pada 1948-1949, Kawilarang
menjabat sebagai Komandan Brigade I Divisi Siliwangi di Yogyakarta,
dan pada 28
November 1948 ia juga menjabat sebagai Komandan Sub Teritorium
VII/Tapanuli, Sumatera Timur bagian selatan, lalu pada 1 Januari
1949 pada masa PDRI
ia dipercaya sebagai Wakil Gubernur Militer PDRI untuk wilayah Tapanuli dan Sumatera
Timur bagian selatan.
Pada 28 Desember 1949 ia menjabat sebagai Gubernur Militer wilayah Aceh dan Sumatera Utara merangkap Wakil Koordinator Keamanan dengan pangkat kolonel. Pada 21 Februari 1950, ia mendapatkan kepercayaan tambahan sebagai Panglima Tentara dan Territorium I/Bukit Barisan yang berkedudukan di Medan.
Pada 1951-1956, Kawilarang
diangkat sebagai Panglima Komando Tentara dan Territorium VII/Indonesia Timur
(TTIT) di Makassar
dan pada November tahun yang sama menjadi Panglima TT III/Siliwangi yang di
kemudian hari diubah namanya menjadi Kodam III/Siliwangi.
Sebelumnya pada 15 April 1950 ia telah diangkat sebagai Panglima Operasi Pasukan
Ekspedisi.
Dalam kedudukannya ini,
Kawilarang memimpin Pasukan Ekspedisi dalam Operasi Penumpasan Pemberontakan Andi Azis
di Makassar, pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku,
dan Pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi
Selatan.
Pada April 1951, ia merintis
pembentukan komando pasukan khusus TNI dengan nama Kesatuan Komando Territorium
III (Kesko TT-III) Siliwang. di Batujajar, Jawa Barat.
Kesatuan ini merupakan cikal bakal dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sekarang.
Pada 10
November 1951
hingga 14
Agustus 1956,
Kawilarang diangkat menjadi Panglima Komando Tentara dan Territorium
III/Siliwangi yang berkedudukan di Bandung.
Pada 17 Oktober
1952, Kawilarang
bersama-sama dengan sejumlah tokoh militer lainnya (a.l. A.H.
Nasution, T.B. Simatupang, dll), terlibat dalam apa yang
dikenal sebagai Peristiwa 17 Oktober, yang menentang campur
tangan pemerintah dalam urusan militer.
MENEMPELENG SOEHARTO
Kawilarang dikenal sebagai
panglima yang pernah menampar Letkol. Soeharto yang
saat itu adalah salah seorang bawahannya.
Pada tahun 1950-an, sebagai
Panglima Wirabuana, Kawilarang baru saja melapor kepada Presiden Soekarno bahwa
keadaan di Makassar sudah aman. Namun Soekarno malah menyodorkan sebuah radiogram yang baru saja
diterimanya yang melaporkan bahwa pasukan KNIL Belanda sudah menduduki
Makassar. Ternyata Brigade Mataram, pasukan
yang seharusnya mempertahankan kota Makassar, telah melarikan diri ke lapangan
udara Mandai.
Kawilarang marah besar dan
segera kembali ke Makassar. Setibanya di lapangan udara ia langsung memarahi
komandan Brigade Mataram, Letkol Soeharto, sambil menempelengnya.
BERGABUNG DENGAN PERMESTA
Dari September 1956 hingga Maret 1958 Kawilarang
menjabat sebagai atase militer pada Kedutaan Besar Republik Indonesia
di Washington,
DC, Amerika Serikat, dengan pangkat brigadir
jenderal. Ketika pemberontakan PRRI/Permesta meletus di tanah air, Kawilarang segera melepaskan
jabatannya sebagai atase militer lalu minta pensiun. Ia kembali ke tanah air
dan langsung ke Sulawesi Utara untuk menjabat sebagai Panglima Besar/Tertinggi
Angkatan Perang Revolusi PRRI (1958) dan Kepala Staf Angkatan Perang APREV
(Angkatan Perang Revolusi) PRRI, dengan pangkat mayor
jenderal dari Februari 1959 hingga Februari 1960.
Pada 1960-1961, Kawilarang
menjabat sebagai Panglima Besar Angkatan Perang Permesta.
Pihak Permesta akhirnya turun
gunung dan bersedia berunding dengan pihak tentara Republik Indonesia yang
dipimpin oleh Jend. Nasution. Menurut Kawilarang, sebelumnya telah tercapai
kesepakatan bahwa pasukan Permesta akan membantu pihak TNI untuk bersama-sama
menghadapi pihak komunis di Jawa. Karenanya, Kawilarang merasa menyesal
ketika Nasution tidak memegang janjinya.
Pada 1961, Kawilarang menerima
amnesti dan abolisi dari
Presiden Soekarno melalui Keppres 322/1961. Namanya kemudian direhabilitasi.
Kawilarang kemudian pensiun dari dinas TNI, namun pangkatnya diturunkan menjadi
kolonel purnawirawan.
KEHIDUPAN SEBAGAI SWASTA
Pada Akhir 1960an, ia pernah
mengajukan proposal untuk pendirian pabrik tepung terigu, bahkan diberikan izin
oleh Soemitro Djojohadikoesoemo, selaku Menteri
Perindustrian dan Perdagangan saat itu, ternyata tidak jadi karena izin
dilalihkan olek Soeharto kepada Bogasari[1].
Pada 1972
Kawilarang menjabat sebagai wakil manajer umum Jakarta Racing
Management, yang mengelola pacuan
kuda di Pulomas, Jakarta
Timur.
MASA TUA DAN KEMATIAN
Pada 15 april 1999, kawilarang
akhirnya memperoleh pengakuan atas jasa-jasanya dalam ikut membentuk kopassus.
Pada peringatan hari jadi korps tersebut yang ke-47, kawilarang diterima
sebagai warga kehormatan kopassus di markas kopassus di cijantung, jakarta timur. Sebagai
tandanya, ia dianugerahi sebuah baret merah dan pisau komando.
Pada 6 juni 2000, kawilarang
meninggal dunia akibat komplikasi beberapa penyakit di rumah sakit cipto mangunkusumo dan
dimakamkan dua hari kemudian di taman makam pahlawan cikutra, bandung.
des alwi,
seorang tokoh pemuda 1945
menyebut kawilarang sebagai seorang tentara asli yang jujur dan tidak main
politik. Tindakannya menempeleng soeharto tampaknya tidak pernah dimaafkan oleh
presiden kedua ri itu, sehingga sampai kawilarang meninggal, ia tidak pernah
berbicara dengan bekas atasannya itu. Baru setelah soeharto turun dari
jabatannya dan digantikan oleh b.j.
habibie, kawilarang memperoleh penghargaan atas jasa-jasanya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Alex_Kawilarang
di unduh pada 07 September 2016, pukul 10.40 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar